Rintihan Insan
Kecil
Rintik-rintik hujan membasahi bumi
Angin yang mencekam terus merasuki
Dalam malam
kelam tanpa taburan
Hanya awan
hitam yang dapat ku pandang
Hari-hari tanpa
henti mengejar waktu
Waktu yang tak
henti berputar dalam laju
Sungguhku tak
tahan jikalau meragu
Menghantui akal
pikiranku selalu
Meronta dalam
ruangan hampa
Tak pernah
tampak seorangpun menyapa
Tak ada dekapan
tangan yang menjaga
Tak satupun
mengerti akan tangisan dalam jiwa
Bagaimana bisa
kuat berlari
Jikalau kedua
kaki terjerat jeruji dan tali
Bagaimana bisa
menjadi berarti
Jika diri ini
hanya diinjak-injak tak ada arti
Sungguh hidup
ini hanya akan menjerat
Setiap fakta
dalam setiap insan
Kehidupan yang
memang nyata namun sesaat
Yang selalu
mengajak mereka pada kekeliruan
Lantas apa daya
diri ini mampu berbuat dan melawan?
Cerminan Sang Insan Bumi
Berjalan
sendiri di atas bumi
Menapak pasti
tanpa perlu mengerti
Merasa jadi
yang paling berani
Ia tak kenal
mati
Memang ia orang
yang hebat
Terlahir dari
orang yang bermartabat
Menjadikannya
seorang pemimpin masyarakat
Namun hanya
akan jadi sesaat
Ia
dikuasai segala kemewahan
Apapun yang
dimurkai seketika dilawan
Tak mengenal
musuh ataukah kawan
Yang tersorot
darinya hanya keangkuhan
Dunia ini hanya
fatamorgana
Hidup di atas
jalan yang fana’
Namun miliaran
manusia jadi berkelana
Hanya demi
mencari kesenangan di sana
Tanpa
memikirkan lebih banyak akibatnya
Coba kembali
berpikir dan renungi
Akan ribuan
dosa pada diri tiada terkendali
Hidup ini
hanyalah sekali
Sudahkan
dijadikan sebuah arti?
Sang Pejuang Mimpi
Ia coba tuk
tetap tegar hadapi kenyataan ini
Walau nafasnya
tak lagi mengalir dengan normal
Walau tenaga
dan pikiran hanya sedikit tersisa
Sungga ia hanya
ingin bertahan sekuat kemampuannya
Apalagi yang
perlu diputar kembali
Jikalau takdir
tak dapat diubah lagi
Apalagi yang
perlu disesali
Jika masa lalu
hanya menjadi duri
Akankah harapan
ini tak hanya menjadi mimpi
Melukiskan
senyum manis tatkala rasakan nyata abadi
Berjuang dalam
medan pertempuran asli
Mencoba menjadi
pemenang yang tak tertandingi
Kuat diantara
yang lemah
Senang disaat
banyak masalah
Tenang diantara
para gegabah
Bersyukur walau
harus diberi susah
Tak perlu takut
dikala berada di bawah
Tak perlu
kawatir berusaha bangkit saat kalah
Roda selalu
berputar tak tentu arah
Jangan kembali
ke jalan yang salah
Karena Tuhan
selalu dengarkan do’a-do’a hamba-Nya yang tabah
Dan Tuhan
selalu menganugerahkan setetes hidayah
Ku Nikmati Hidup Penuh Arti
Biar badai
menghantam nyali
Biar duri-duri
tajam menghambat aksi
Tak perduli
kaki ini tak sanggup berlari
Namun ku masih
tetap berjalan kembali
Hingga dunia
tak lagi berputar
Hingga bunga
tak lagi mekar
Ku coba sekuat
tenaga tuk tetap tegar
Melawan nyala
api yang berkobar
Agar ku tak
jadi terbakar
Aku memang tak
punya banyak harta
Yang seringkali
manusia jadikan impian semata
Aku memang tak
mampu menciptakan dunia
Karena aku
hanyalah manusia biasa
Aku tuliskan
setiap melodi dan nada
Mengalun merdu
terdengar di telinga
Mencari setitik
harapan pun pula asa
Dalam lagu-lagu
yang tak kunjung tertata
Meski waktu kan
tiba saatnya
Menjemput jiwa
raga setiap manusia
Tak peduli
siapakah ia
Menjalani
takdir selanjutnya
Dari Tuhan yang
maha kuasa
Sesalku Pada Pilihanku
Dikala waktu kian melaju
Menarik pikiran kosong menjadi satu
Detik demi detik merubah hal baru
Kini ku semakin jadi tak menentu
Menelantarkan sosok ibu kandung sendiri
Membiarkan berkelantungan di tepi jalan
Tubuhnya yang lusuh dan kering tanpa berisi
Hidupnya kini bak tak lagi diharapkan
Menangis pilu berlinang di pipinya
Meratapi anak sepertiku yang telah durhaka
Tak patutlah lagi daku tersimpuh di pangkuannya
Bersenda gurau seperti dulu kala
Duhai ibuku tersayang
Masih pantaskah anakmu ini kau kenang
Walau air mata yang terus berlinang
Namun aku hanya memilih harta yang bergelimang
Hingga aku meninggalkanmu sendiri yang malang
Baru tersadar daku akan pengorbananmu
Yang sekian lama kau pertaruhkan demi aku
Menghidupi ku sendiri tanpa pernah mengeluh
Kau tetap merawatku dengan kasih saying yang penuh
Duhai ibu
Ampuni anakmu ini yang tak tahu malu
Ampuni anakmu ini yang bangga akan salah padamu
Sungguh ku hanya ingin kembali seperti dulu
Kehidupan penuh kasih sayang dalam dekapan ibu
Serta inginku mencari surga dibawah telapak kakimu
Jembatan Kehidupan Ilahi
Kadang senyum itu tumbuh
Merangkaikan mimpi-mimpi yang sempat tertunda
Menjelajahi dunia fana’ yang mencekam
Mencoba melawan dan menerjang
Jutaan ombak yang menghempaskan karang
Sungguh senyuman itu ingin tetap terukir
Tuk tunjukan ke semua mata yang memandang
Bahwa dunia tak selalu suram
Bahwa manusia tercipta dengan kesempurnaan
Kemudian syukurlah yang harus terucapkan
Kapan lagi akan menghampiri
Kapankah lagi akan menepati ribuan janji
Akankah harap dan asa dapat tercapai
Namun jangan berharap terlalu tinggi
Jikalau pada akhirnya akan disesali
Manusia seperti apa yang dapat diyakini
Manusia seperti apa yang jadi pilihan ilahi
Duhai penguasa bumi dan alam semesta ini
Untukmu segalanya kan kuberi
Tak peduli harus memilih jiwa dan raga ini
Hanya ingin berkorban demi segala yang sejati
Karena aku hanya akan hidup kemudian mati
Dalam Garis Takdir Sang Kholiq
Seiring derai air mata dalam kerinduan ini
Manyayat pikiran tanpa henti
Merasuk perlahan dalam sukma kalbu
Tersimpuhku di atas altar suci
Bertabur rangkaian doa
Berlumur dosa-dosa dalam diri
Seiring derai air mata dalam kerinduan ini
Ku renungi setiap ni’mat pun pula adzab-Mu
Engkau Tuhan yang tak pernah tuli
Hamba-Mu ini yang setiap detik memanggil-Mu
Coba mengadu di atas pangkuan-Mu
Seiring derai air mata dalam
kerinduan ini
Terpaku daku dalam diam
Menunggu waktu yang terlambat dating
Entah setan mana yang menjadi penghalang
Bak bergantung di ujung rambut
Mengupas segala kisah tanpa maksud
Duhai ilahi
Bukan maksud yang menjerat raga
Bukan hawa yang menarik jiwa
Namun rinduku yang menggebu
Menelusuri jejak dan lorong dalam batas waktu
Tak peduli jiwa meronta luluh pilu
Ya Rohman Ya Rohim…
Kala kusebut asma-Mu yang agung
Cahya-Mu panas nan suci
Menghias alam saat suasana syahdu
Melahab habis perasaan yang sendu
Ah! Jiwa ini yang menggapai-gapai
Terbang malayang jauh tinggi
Diiringi rasa kerendahan hati
Bergejolak cemas ridho yang dinanti
Dalam relung jiwa seakan-akan mati