Usai Gelap Gulita Terbitlah Sinar-Nya

Jumat, 29 Januari 2016
 Dalam Teguran Nasehat Umi



Terpuruk kian lama dalam heningnya hati
Meski terpandang nyata keramaian diluar arti
Mencoba berlari lagi mencari akar-akar yang hendak mati
Menghalau dalam derap langkah kaki
Menghasut selalu kian menjadi lagi pada jati diri
Tekad yang dahulu menguatkan jiwa daku
Yang tak pernah surut oleh terpaan badai dan topan
Semakin melaju kembali roda yang berputar 
Memang tak pernah tetap mengubah kepastian
Akankah menyesali jikalau kenyataan tak seperti harapan
Apa lagi daya yang hendak diperjuangkan
Demi setitik asa yang selalu menjadi bayang-bayang mimpi
Kemudian seketika muncul seberkas sinar-Nya
Lantas tumbuh pula kebangkitan semangat dalam jiwa
Panjang dalam pikiran tuk mencerna hikmah setiap butir ujian kehidupan
Tak ada yang menjadi sia-sia dalam usaha pun pula rangkaian doa
Sinar sang Kholiq muncul lantaran bersama nasehat bijak 
Laksana mutiara menyilaukan perhatian setiap insan
Bersama tutur kata lembut yang mampu menegur daku
Kini daku pun memahami keterpurukan yang hanya tanpa arti
Brjuanglah yang akan terus menjadi pelemah kerapuhan itu

Selalu dalam Naungan-NYA

Kamis, 21 Januari 2016
 Menguatkan Setiap Kelemahan



Disebuah persembunyian kasih tanda tanya
Terkapar hati menyali lirik suara melodi
Setiap hari lekang oleh waktu yang berlari
Mencoba mengejar dalam bait-bait doa kepada-Nya
Siapa sangka tanpa menduga sebelumnya
Tatkala hembusan nafas ini selalu memiliki arti
Tersirat kuat dalam hidup insan di bumi
Sungguh patutlah senantiasa disadari
Namun dunia yang fana terus menggoda bersama angkaramurka
Kerapkali mengusik segalanya yang beriman lemah 
Menenggelamkan kekuatan yang telah dibagun selama hidup
Hingga goyah pula jadi runtuh seketika
Kelak lainnya menggumam bertanya-tanya
Padahal kini Sang Penerang selalu menunjukkan jalan
Jalan yang hendak dilalui oleh para pejuang mimpi
Hanya butuh sedikit keringat untuk sampai pada ujungnya
Namun lika-liku yang tampak tersembunyi terus mengikuti
Maka jangan sampai mengikuti setitik hawa dan nafsu 
Sebab sesal kan datang diakhir hayat ini

Rangkaian Sajak Puisi Goresan Tinta Hidupku

Rabu, 20 Januari 2016
Rintihan Insan Kecil

Rintik-rintik hujan membasahi bumi
Angin yang mencekam terus merasuki
Dalam malam kelam tanpa taburan
Hanya awan hitam yang dapat ku pandang

Hari-hari tanpa henti mengejar waktu
Waktu yang tak henti berputar dalam laju
Sungguhku tak tahan jikalau meragu
Menghantui akal pikiranku selalu

Meronta dalam ruangan hampa
Tak pernah tampak seorangpun menyapa
Tak ada dekapan tangan yang menjaga
Tak satupun mengerti akan tangisan dalam jiwa

Bagaimana bisa kuat berlari
Jikalau kedua kaki terjerat jeruji dan tali
Bagaimana bisa menjadi berarti
Jika diri ini hanya diinjak-injak tak ada arti

Sungguh hidup ini hanya akan menjerat
Setiap fakta dalam setiap insan
Kehidupan yang memang nyata namun sesaat
Yang selalu mengajak mereka pada kekeliruan

Lantas apa daya diri ini mampu berbuat dan melawan?




Cerminan Sang Insan Bumi
Berjalan sendiri di atas bumi
Menapak pasti tanpa perlu mengerti
Merasa jadi yang paling berani
Ia tak kenal mati

Memang ia orang yang hebat
Terlahir dari orang yang bermartabat
Menjadikannya seorang pemimpin masyarakat
Namun hanya akan jadi sesaat

Ia dikuasai  segala kemewahan
Apapun yang dimurkai seketika dilawan
Tak mengenal musuh ataukah kawan
Yang tersorot darinya hanya keangkuhan

Dunia ini hanya fatamorgana
Hidup di atas jalan yang fana’
Namun miliaran manusia jadi berkelana
Hanya demi mencari kesenangan di sana
Tanpa memikirkan lebih banyak akibatnya

Coba kembali berpikir dan renungi
Akan ribuan dosa pada diri tiada terkendali
Hidup ini hanyalah sekali
Sudahkan dijadikan sebuah arti?


Sang Pejuang Mimpi

Ia coba tuk tetap tegar hadapi kenyataan ini
Walau nafasnya tak lagi mengalir dengan normal
Walau tenaga dan pikiran hanya sedikit tersisa
Sungga ia hanya ingin bertahan sekuat kemampuannya

Apalagi yang perlu diputar kembali
Jikalau takdir tak dapat diubah lagi
Apalagi yang perlu disesali
Jika masa lalu hanya menjadi duri

Akankah harapan ini tak hanya menjadi mimpi
Melukiskan senyum manis tatkala rasakan nyata abadi
Berjuang dalam medan pertempuran asli
Mencoba menjadi pemenang yang tak tertandingi

Kuat diantara yang lemah
Senang disaat banyak masalah
Tenang diantara para gegabah
Bersyukur walau harus diberi susah

Tak perlu takut dikala berada di bawah
Tak perlu kawatir berusaha bangkit saat kalah
Roda selalu berputar tak tentu arah
Jangan kembali ke jalan yang salah
Karena Tuhan selalu dengarkan do’a-do’a hamba-Nya yang tabah
Dan Tuhan selalu menganugerahkan setetes hidayah




Ku Nikmati Hidup Penuh Arti
Biar badai menghantam nyali
Biar duri-duri tajam menghambat aksi
Tak perduli kaki ini tak sanggup berlari
Namun ku masih tetap berjalan kembali

Hingga dunia tak lagi berputar
Hingga bunga tak lagi mekar
Ku coba sekuat tenaga tuk tetap tegar
Melawan nyala api yang berkobar
Agar ku tak jadi terbakar

Aku memang tak punya banyak harta
Yang seringkali manusia jadikan impian semata
Aku memang tak mampu menciptakan dunia
Karena aku hanyalah manusia biasa

Aku tuliskan setiap melodi dan nada
Mengalun merdu terdengar di telinga
Mencari setitik harapan pun pula asa
Dalam lagu-lagu yang tak kunjung tertata

Meski waktu kan tiba saatnya
Menjemput jiwa raga setiap manusia
Tak peduli siapakah ia
Menjalani takdir selanjutnya
Dari Tuhan yang maha kuasa



Sesalku Pada Pilihanku

Dikala waktu kian melaju
Menarik pikiran kosong menjadi satu
Detik demi detik merubah hal baru
Kini ku semakin jadi tak menentu

Menelantarkan sosok ibu kandung sendiri
Membiarkan berkelantungan di tepi jalan
Tubuhnya yang lusuh dan kering tanpa berisi
Hidupnya kini bak tak lagi diharapkan

Menangis pilu berlinang di pipinya
Meratapi anak sepertiku yang telah durhaka
Tak patutlah lagi daku tersimpuh di pangkuannya
Bersenda gurau seperti dulu kala

Duhai ibuku tersayang
Masih pantaskah anakmu ini kau kenang
Walau air mata yang terus berlinang
Namun aku hanya memilih harta yang bergelimang
Hingga aku meninggalkanmu sendiri yang malang

Baru tersadar daku akan pengorbananmu
Yang sekian lama kau pertaruhkan demi aku
Menghidupi ku sendiri tanpa pernah mengeluh
Kau tetap merawatku dengan kasih saying yang penuh

Duhai ibu
Ampuni anakmu ini yang tak tahu malu
Ampuni anakmu ini yang bangga akan salah padamu
Sungguh ku hanya ingin kembali seperti dulu
Kehidupan penuh kasih sayang dalam dekapan ibu
Serta inginku mencari surga dibawah telapak kakimu

Jembatan Kehidupan Ilahi
Kadang senyum itu tumbuh
Merangkaikan mimpi-mimpi yang sempat tertunda
Menjelajahi dunia fana’ yang mencekam
Mencoba melawan dan menerjang
Jutaan ombak yang menghempaskan karang

Sungguh senyuman itu ingin tetap terukir
Tuk tunjukan ke semua mata yang memandang
Bahwa dunia tak selalu suram
Bahwa manusia tercipta dengan kesempurnaan
Kemudian syukurlah yang harus terucapkan

Kapan lagi akan menghampiri
Kapankah lagi akan menepati ribuan janji
Akankah harap dan asa dapat tercapai
Namun jangan berharap terlalu tinggi
Jikalau pada akhirnya akan disesali

Manusia seperti apa yang dapat diyakini
Manusia seperti apa yang jadi pilihan ilahi
Duhai penguasa bumi dan alam semesta ini
Untukmu segalanya kan kuberi
Tak peduli harus memilih jiwa dan raga ini
Hanya ingin berkorban demi segala yang sejati

Karena aku hanya akan hidup kemudian mati



Dalam Garis Takdir Sang Kholiq

Seiring derai air mata dalam kerinduan ini
Manyayat pikiran tanpa henti
Merasuk perlahan dalam sukma kalbu
Tersimpuhku di atas altar suci
Bertabur rangkaian doa
Berlumur dosa-dosa dalam diri

Seiring derai air mata dalam kerinduan ini
Ku renungi setiap ni’mat pun pula adzab-Mu
Engkau Tuhan yang tak pernah tuli
Hamba-Mu ini yang setiap detik memanggil-Mu
Coba mengadu di atas pangkuan-Mu

 Seiring derai air mata dalam kerinduan ini
Terpaku daku dalam diam
Menunggu waktu yang terlambat dating
Entah setan mana yang menjadi penghalang
Bak bergantung di ujung rambut
Mengupas segala kisah tanpa maksud

Duhai ilahi
Bukan maksud yang menjerat raga
Bukan hawa yang menarik jiwa
Namun rinduku yang menggebu
Menelusuri jejak dan lorong dalam batas waktu
Tak peduli jiwa meronta luluh pilu

Ya Rohman Ya Rohim…
Kala kusebut asma-Mu yang agung
Cahya-Mu panas nan suci
Menghias alam saat suasana syahdu
Melahab habis perasaan yang sendu

Ah! Jiwa ini yang menggapai-gapai
Terbang malayang jauh tinggi
Diiringi rasa kerendahan hati
Bergejolak cemas ridho yang dinanti

Dalam relung jiwa seakan-akan mati

Bait Puisi untuk Kawan Sejoli





Teruntuk  Sahabat Seperjuanganku



Dalam diamku merenung melamun
Kala malam dan siang terus silih berganti
Denting jam yang berputar tiada henti
Kian termakan pula usia daku dan dikau ini
Sejak pertama berjumpa hingga mampu bersatu jadinya
Tak mampu dipungkiri lagi memang
Jikalau takdir Tuhan telah jadi kehendak-Nya
Apalah daya kita perbuat?
Menjadi setiap tantangan dalam hidup lagi
Bermacam warna-warni terlukis dalam hidup ini
Hitam dan putih pun menjadi sangat berarti
Tuk jadi kenangan yang terukir sepanjang hari
Akulah orang yang selalu didekatmu
Namun aku rasa tak pernah  jadi arti dalam hidupmu
Sebab memang aku yang jauh dari kesempurnaan
Maafku atas semua ketidak mampuku
Akan pertanyaan yang kau sampaikan tuk memperbaiki sebuah kekurangan
Terima kasih tuk setiap hari yang kita lalui bersama
Jutaan kata terima kasih seiring kaki ini melangkah bersama
Besar harap nan asa setia menemani dalam suka duka kita
Tak peduli kita kan nampak beda tak seperti sedia kala
Namun doa yang senantiasa mengiringi melepas kehidupan nyata
Semoga kita tetap kita yang menjadi apa adanya
Semoga kita jadi kawan yang dirindu Surga-NYA

Sajak Puisi Ella

Sabtu, 16 Januari 2016

Harapan Anak Penanti Asa

 

Tuhan hadirkan hembusan nafas pada dikau
Duhai insan yang nasibnya tak pernah dihirau
Pada denting jam menjadi penantian ketika kemarau
Kala itu rindumu tak bertuah menjadi penghalau
Lagi-lagi langit dan bumi berubah menjadi kacau
Anak-anak tanpa dosa dihinakan dengan tawa gurau
Hati tak gentar menahan air mata mengalir dalam payau
Hanya dikiranya pikirkan ternak kesayangan kerbau
Tuk banggakan Ayah-Ibu nan jauh di sana
Dini hari dikau terperanjat dalam hening ia
Kawan dan lawan hanya terukir di luar kepala
Mengenang jalan yang ditempuh sekian lama
Jenjang tangga bertingkat menaiki setiap langkah pula
Sungguh apalah dikata satu-dua usaha tanpa doa
Hanya banting tulang penuh keluh kesahnya
Namun sia-sia jikalau tak diiringi rangkaian doa
Malang nasib insan tanpa orang tuanya
Yatim piatu sendiri tanpa tawa bahagia